Skip to main content

—Soal April. [Eps. 2]


“Kalau Maret ibarat pagar besi di depan rumahku, April adalah anak anak tangga yang menuntunmu untuk sampai ke depan pintunya.
Pilihanmu cuma dua, Mar."


“Apa?”


“Mengetuk pintunya sekarang..
.. Atau kembali menutup pagar dan jangan pernah datang lagi.”



-Soal April.


Ini dia, selamat datang di episode kedua dari serangkaian cerita paling chaos yang banyak meninggalkan jejak pelajaran di sisa-sisa umur ketujuh belas. Ya, episode kali ini bakal mengacak-acak memori kita tentang April tahun dua ribu sembilan belas: Bulan yang sejak tahun lalu sudah sering diguyur air hujan dan ditemani oleh awan mendung kemana-mana.

Pernah waktu itu aku tanya,

"Kenapa hari ini harus hujan lagi, Ril? Nggak capek apa?"

Tapi April cuma kasih senyum. Dia malu, katanya butir-butir hujan yang ia kirim dari langit itu sebenarnya adalah pertanda bahagia dan serangkaian doa paling indah yang dia punya.

"Doa untuk siapa?"

Aku bertanya lagi, waktu itu hujan lagi deras-derasnya menampar tanah di pinggiran Kota Bandung. April lagi-lagi cuma bisa senyum, tapi kali ini ekspresinya lebih sungguh. Sayup-sayup aku dengar suaranya yang hampir nggak bersuara itu, tersamarkan oleh bunyi hujan yang kian tumpah di sepanjang jalan.

"Untukmu," bisiknya, "dan untuk Mar."

---

Hari ini pun hujan turun lagi, ya.

Selamat datang kembali untuk April yang hobi mendoakan dengan setiap jatuh rintiknya. Senang bisa menyambutmu datang lagi setelah satu tahun lamanya kita nggak pernah saling tegur sapa. :)

Gimana nih, kabarmu tahun sekarang? Senyum, dong! Aku janji akan selalu jadi pengagum di jajaran terdepan setiap kali kamu mulai tersenyum meski harus bersembunyi di balik payung. Rasanya, melihat kamu tersenyum lagi seperti itu, seolah-olah seluruh semesta sedang berpihak kepadaku seperti halnya April yang lalu.

April, aku harap kamu dan kita semua baik-baik aja, ya.

Sekacau-kacaunya dunia saat ini, semoga pikiran dan perasaan kita nggak ikut-ikutan kacau juga. Pinter pinter menjaganya, ini perintah. Yang sakit semoga lekas sembuh, yang sehat semoga tambah kuat. Hidup masih terlalu panjang untuk digantungi kata menyerah, masih ada Mei sampai Desember untuk kita rampungkan semua kisahnya bareng-bareng.

"Be patient," Mar pernah bilang begitu dulu. "Everything’s gonna be better, Say. Just keep going."

---

Kalau boleh jujur, aku lebih rindu padamu ketimbang sama Maret. Beneran, deh. Itu karena, bicara soal April, ada lebih banyak kepingan memori yang pernah kita susun bareng-bareng jadi kepingan-kepingan baru. Kamu harusnya bisa ingat beberapa.. nggak semuanya juga gapapa.

Ibarat dua keping puzzle yang berbeda, milikku dan milikmu, pernah sama sama kita jadikan eksperimen percobaan di laboratorium bertajuk rasa. Iya, tanpa disadari kita pernah mencoba untuk saling menyatukan kepingan, berharap untuk bisa menemukan bentuk kepingan lain yang tadinya aku sempat percaya bahwa bentuk itulah yang paling benar.

Tapi, kita gagal.

Setelah dicoba berulang-ulang, ternyata memang nggak ada yang cocok.

Setelah dievaluasi kenapa, ternyata bentuknya memang nggak pas aja.

Vertikal atau pun horizontal, terbalik atau pun menyerong, kita udah coba segala cara untuk menyatukannya dari berbagai sisi. Tapi, kalau seandainya sedari awal dua kepingan itu memang dibuat bukan dengan tujuan untuk bisa saling pasang, seharusnya kita juga tahu bahwa sedari awal kita memang nggak diciptakan untuk bisa menyatu, kan?

Gapapa. Nggak ada yang harus disalahin.

Nggak ada satu pun yang harus menanggung salah dalam cerita kita. Bahkan, potongan puzzle milikku dan milikmu, memang sudah dari sananya begitu. Bentuknya memang nyeleneh, desainnya terlampau nggak sama. Nggak bisa kalo harus kita paksa biar jadi cocok. Nanti yang ada malah patah. Yang ada, malah jadi lebih parah.

Semesta memang sudah menakdirkannya begitu, Mar.. kita bisa apa?

Pada April, terima kasih karena sudah menyuguhkan sederet cerita paling manis yang nggak cuma bikin sakit gigi, tapi juga membutakan sampai ke otak. Seperti halnya berstoples-stoples permen karet yang nggak pernah sekali pun terpikirkan olehku bakal sepahit apa jadinya setelah gulanya habis, dan bakal sesakit apa jadinya jika aku telan semua ampasnya sampai nyangkut di tenggorokan.

Memang cuma manis di awal, karena setelah jadi pahit dan capek dikunyah, permen karet pasti masuk tong sampah.

Kan?

---

Coba sekarang kamu intip ke luar jendela. Hujan, di sana?

Tadi sih, di rumahku hujan. Tapi nggak lama.

Memang nggak ada yang berubah ya, sedari dulu. Bulan April selalu identik sama bunyi angin dan aroma air hujan yang khas. Tahun lalu juga hujan turun sederas ini sampai semua pakaian dan sepatuku basah kuyup, lalu kakiku lecet karena harus jalan kaki pakai sepatu yang kekecilan dari gerbang sekolah sampai ke lokasi, padahal hari itu kita ada janji untuk bertemu. Berani taruhan, kamu pasti nggak ingat.

Tapi, kalau sungguh-sungguh ditanya apakah aku suka hujan, tentu aku suka. Suka sekali. Sampai sampai, rasanya seperti ada yang kurang jika belum menghirup napas dalam dalam untuk bisa membawa aroma petrikor itu merasuk pada relung damai di dalam sini.

Ah..

Lama kelamaan bunyi hujan ini mengusikku, Mar.

Memang benar kalo hujan nggak cuma datang di bulan April. Tapi, entah kenapa hujan di bulan April selalu membawa-bawa ingatan tentangmu di setiap ritme jatuhnya. Deru derasnya. Bau basahnya.

Apa pernah kamu berpikir? Bahwa semua air hujan yang sedang kusaksikan di balik jendela saat ini, bisa jadi adalah hujan yang sama dengan hujan yang pernah membuat kepala kita tertunduk malu, berlarian dengan sepeda motormu dalam perjalanan singkat menuju rumah kedua kita satu tahun yang lalu. 

Atau  pernahkah kamu membayangkan? Jika hujan yang kulihat sore ini, bisa saja adalah reinkarnasi dari hujan yang saat itu pernah membasahi aku yang tengah berdiri sendirian, di pinggir jalan raya Jatinangor selepas ujian tulis seleksi masuk universitas, menunggu bus pulang yang nggak kunjung datang.

Iya, waktu itu adalah hari di mana kita lagi sama-sama berjuang, meskipun tempatnya berjauhan.

Masih terekam jelas dalam memori, Mar. waktu itu mood-ku lagi berantakan dan kepalaku rasanya mau meledak. Ujian seleksi ternyata nggak semudah itu.. Kamu juga paham sendiri. Ditambah nggak ada satu pun teman yang menemani, lalu hujan turun dengan lebat seperti biasanya, memercikkan bintik-bintik lumpur ke atas permukaan sepatu putih kesukaanku.

Rasanya mau menangis.

Tapi hari yang buruk itu nggak jadi buruk buruk amat karena ada bayang-bayang kamu.

Untuk namamu yang setia bermunculan di layar ponsel, untuk setiap katamu yang berusaha mewakili wujudmu yang di rumah, terima kasih untuk itu.

Hari itu, tepat hari Sabtu pukul 13.22 di depan trotoar bobrok dekat kios fotokopi, Mar. Aku cuma berharap, andai saja aku bisa menemukan nyala matamu di sana. Ajaibnya, beberapa jam dari situ, aku benar-benar dipertemukan denganmu.

Entah bagaimana semesta mengaturnya, angan-angan yang sempat terasa mustahil itu bisa jadi nyata dalam sekali kejap. Doa-doaku seperti disatu gariskan dengan takdir. Rasanya seperti sesayang itu. Sesayang itu April pada orang yang cuma bisa meniupkan harapan dan menggerutu seperti aku. Kalo diingat-ingat lagi, kejadian di hari itu memang paling gokil, hahaha. Ada-ada aja ya, cara unik semesta untuk mempertemukan kita.

Mungkin kamu sudah lupa, jadi akan kuceritakan ulang. Begini ceritanya.

Setelah turun dari bus di sekitar bundaran Cibiru, aku yang lagi pusing setengah mampus itu cepat-cepat naik ke dalam angkutan umum yang diparkir berantakan. Waktu itu hujan udah reda. Karena buru-buru, aku nggak sempat melirik nama jurusan angkotnya. Pokoknya asal udah memastikan kalo warna mobilnya betul-betul hijau, aku langsung aja duduk di pojok paling belakang lalu memejamkan mata karena lelah.

Perjalanan terasa panjang dan melelahkan. Jujur, aku benci berada di situasi yang begitu ramai tapi sendirian.

Terus lucunya, begitu bangun dan mengintip ke luar jendela, aku merasa ada yang nggak beres. Ada pemandangan jalan raya dan apartemen yang seharusnya nggak akan pernah aku lihat kalo jalan itu memang benar menuju rumah. Bener-bener panik banget waktu itu, sampai bingung harus turun di mana. Hahahaha, mungkin efek samping UTBK, ya, jadi linglung. Pokoknya seumur-umur tinggal di Bandung, baru pertama kali itu deh aku salah naik jurusan angkot.

Terus entah gimana ceritanya, tiba-tiba aku mendarat di depan salah satu toko swalayan di pinggir Jalan Soekarno-Hatta. Gila, jauh banget nggak tuh. :( Dan dalam kondisi yang bener-bener panik kayak gitu, cuma Mar yang ada di dalam kepalaku. Mar jadi orang pertama yang tahu potongan cerita konyol ini dan juga satu-satunya sebelum akhirnya aku tulis semuanya di sini.

Tadinya aku cuma iseng menghubungi Mar untuk sekadar mengabari kebodohanku yang mungkin sudah diskenariokannya begitu,  tapi di luar dugaan, dia langsung berlari padaku saat itu juga. Mar benar-benar datang, menjemputku dengan sepeda motornya itu. Padahal kalau dipikir-pikir, jarak dari rumahnya sampai ke tempatku sama jauhnya dengan ke rumahku.

Dasar April, kamu pasti sudah membutakan Mar, kan! Padahal dia sedang asyik-asyik rebahan di rumah tapi kamu membuatnya harus menyalakan motor dan bermacet-macet di jalan raya. Tapi terima kasih, ya. Aku jadi tahu rasanya ditolong oleh superhero itu seperti apa.. Oh. Aku nggak bilang Mar seperti superhero, cuma mungkin rasanya begini.

Kejadian hari itu, mungkin nggak akan pernah aku hapus dari memori, Mar. Mau sejauh apapun kamu sudah bertolak saat ini, aku nggak peduli. Biarkan saja yang seperti itu tetap di tempatnya, bercampur dengan potongan-potongan ingatan indah yang lainnya.

Iya. Mungkin April ada benarnya.

Terkadang hujan bisa menjelma jadi doa doa indah,
juga rindu rindu yang dulu pernah indah.

---

Di tengah-tengah hiruk pikuk dunia, April tiba-tiba bertanya padaku. Mungkin terdengar iseng, tapi aku tahu sebenarnya nggak gitu.

Sesuka itukah kamu pada Mar?

Dan mirisnya, sampai saat ini pertanyaan itu nggak pernah aku gubris. Lebih tepatnya, aku nggak bisa menjawabnya. Bagaimana aku bisa menjawab kalau jawabannya saja aku sendiri juga nggak tahu?

Begini, ya.

Dalam hidup, baru kali ini aku bertemu jenis manusia yang seperti Mar. Cuek cuek santai, cenderung pendiam dan hobi menyendiri tapi juga sangat ambisius, antusias bicara, dan kritis dalam satu waktu. Membingungkan? Iya. Sebagai tambahan, Mar juga hampir nggak berekspresi. Selama ini aku selalu meraba-raba apa yang dia rasakan; senang, sedih, terkejut, kecewa, atau marah. Raut wajahnya selalu sama kecuali saat dia tertawa. Ya, seperti itu. Seperti Mar. Karena itulah, terkadang bersama dia cuma bikin kita bingung. Sangat.

Dan sampai sejauh ini, belum pernah aku bertemu dengan laki-laki sekeras kepala dia. Mar bukan tipe orang yang bisa dengan mudah terpengaruhi oleh  argumen dan sudut pandang orang lain. Asal kamu tahu, logikanya di luar nalar. Hidupnya seakan-akan cuma tentang mengkritisi, menghitung rumus-rumus eksak, selalu memikirkan segala hal dengan serius dan menghubung-hubungkannya dengan logika mutlak. Keren, sih. Tapi kadang-kadang malah bikin kesel. Niatnya kita cuma bercanda, tapi malah disangkut pautkan sama teori A atau teori B. :(

Kalau mau diibaratkan, Mar adalah seratus persen anak IPA harga mati no tipu-tipu. Sedangkan aku? Sudah pasti seratus persen berjiwa IPS sejati, titik. 

Oh, iya. Mar juga tahu hampir segala topik yang kita diskusikan. Bisa dibilang, pemikirannya jauh lebih luas dan lebih dalam daripada kebanyakan orang di usianya. Seperti yang udah aku bilang, dia kritis. Dan itu adalah salah satu alasan yang bikin Mar jadi nggak sama dengan kebanyakan populasi teman laki-laki yang lain.

Kalau suatu saat bertemu Mar, coba saja tantang dia. Mau mengajaknya berdebat tentang apa? Isu-isu politik? Untung-rugi bisnis? Dari mulai sejarah penyerangan Jepang di Laut Jawa sampai ke alur dan urutan cerita serial Marvel, dia tahu persis semua detilnya. Gila nggak, tuh. Pokoknya, ngobrol sama Mar nggak pernah bikin kita nggak takjub, deh. Terkhusus untukku, ngobrol dengannya malah jadi candu. Hahaha.

Tapi, meskipun kedengarannya seseru itu, percaya nggak kalo kami sebenarnya ibarat dua kutub magnet yang berbeda? Atau dua arah mata angin yang saling berlawanan, seperti tenggara dan barat laut misalnya? 

Mau dilihat dari sisi mana pun, Mar dan aku memang beda banget kecuali soal iman. Nggak ada mirip-miripnya sama sekali.

Aku hobi baca, sedangkan Mar sama sekali nggak tertarik untuk bahkan mengeja judulnya. Dia saja lupa kapan terakhir kali baca buku. Menurutku, Mar adalah bukti nyata kalo anak pinter itu nggak harus selamanya diilustrasikan dengan orang yang suka baca buku-buku tebel, hobi mengisolasi diri di perpustakaan, atau pake kemeja rapi dan kacamataan. Seriusan, deh. Mar jauh banget dari image-image klasik kayak gitu. Waktu ditanya alesannya kenapa nggak suka baca, katanya nonton jauh lebih praktis.

Buat apa sih, pusing-pusing meresapi tulisan berlembar-lembar kalo dengan nonton kita bisa lebih mudah nangkep inti ceritanya?

"Bilang aja kamu mager, Mar."

"Bukan mager, tapi kalo ada cara yang lebih mudah ya kenapa harus ribet?"

Gitu. Ngeselin, nggak sih?

Kami juga nggak jarang berdebat soal topik yang sama berulang-ulang. Aku selalu yakin kalo baca novel itu jauh lebih asyik ketimbang nonton versi film nya. Kenapa? Karena bagiku tulisan yang dijajakan tanpa ilustrasi itu bakal bisa lebih menantang kepekaan rasa dan imajinasi para pembacanya. 

Sebaliknya, Mar benci dengan hal-hal yang berkaitan dengan imajinasi. Dia nggak suka kalau harus memikirkan bayang-bayang yang subjektif dan nggak berwujud di dalam kepalanya. Menurutnya, ilustrasi yang digambarkan dalam tayangan film juga sudah bisa cukup mewakilkan semua sudut pandang dan perasaan para penontonnya.

Ah, pusing.......

Capek kalau udah debat sama Mar, tuh. Nggak akan ada habisnya kecuali kita yang menyerah dan ngikut sama kemauannya dia. Daripada diungkit terus nantinya, lebih baik iyain aja udah supaya dia seneng.

Pokoknya, Mar dan aku bener-bener nggak cocok. Nggak, nggak, nggak. Sama sekali nggak.

Dari hobi aja kita udah nggak sama. Aku suka gambar, dia suka main musik. Aku suka hampir semua jenis lagu yang penting enak, dia cuma dengerin lagu-lagu Queen sama instrumen klasik. Di saat semua laki-laki di dunia keranjingan sama mobile  atau PC games, Mar nggak tertarik untuk bahkan mengunduhnya sama sekali. Katanya buat apa, nggak ada manfaatnya. Dia lebih pilih main piano, gitar, atau kecapi di rumah.

Coba kasih tahu, sini. Di mana aku bisa bertemu lagi dengan laki-laki dengan selera unik kayak Mar?

Tapi justru, karena perbedaan itulah yang bikin kami berdua malah jadi kayak permen karet sungguhan. Lengket, nempel terus. Di mana ada Mar, di situ akan ada aku, dan sebaliknya. Seperti dua kutub magnet yang berbeda, utara dan selatan. Kalau sekalinya didekatkan, keduanya malah akan jadi saling erat, kan?

Setelah hari itu, mungkin tanggal 1 April, setiap hariku adalah harinya Mar, dan hari-hari Mar adalah hariku juga. April akan sepenuhnya jadi tentang Mar, dan akan selalu jadi ceritanya Mar.

Mar, Mar, Mar aja terus yang dibahas. Pasti kalian udah bosen kan, bacanya. Tapi mau gimana lagi, rangkaian tahun paling chaos itu kan ulahnya Mar semua. Gara-gara dia juga aku jadi nulis blog lagi kayak gini. Gapapa, karena sudah bertemu dengan dia aku merasa jadi perempuan yang lebih kuat dan caraku memandang dunia pun jadi nggak stagnan lagi. Karena sudah bertemu dengan dia, aku jadi ngerti kalau aku nggak boleh mengulangi semua kebodohan itu lagi.

Intinya, aku pikir Mar cuma laki-laki biasa biasa saja yang hobi memperdebatkan volume air sungai atau asal usul pembentukan bumi. Namun kenyataannya semesta mengirim Mar untuk nggak sekadar jadi ‘laki-laki biasa biasa yang hobi memperdebatkan volume air sungai atau asal usul pembentukan bumi’. Lebih dari itu. Pada kenyataannya, Mar datang untuk memperdebatkan, mengutak-atik, mengacak-acak, mencampur-adukan, menjungkir-balikan perihal lain yang nggak pernah tersentuh nalarku sebelumnya;

perihal rasa.


---

Mau kuberitahu satu rahasia?

Sebenarnya bulan ini adalah bulan lahir Mar, entah dia peduli aku mengingatnya atau nggak. Nggak masalah.

Mar nggak pernah tahu. Sejujurnya, di hari itu satu tahun yang lalu, aku terjaga sampai dini hari. Menunggu jarum jam sampai di angka dua belas, menanti tanggal hari di kalender berubah jadi bentuk angka lain. Kalau dipikir-pikir, kenapa aku harus se-excited itu sih, menanti hari ulang tahun yang bahkan bukan hari ulang tahunku sendiri?

Jawabannya aku juga nggak tahu. Mungkin aku kesambat sesuatu.

Tepat pukul 00.01 di hari ulang tahunnya yang kedelapan belas, aku menerbangkan doa-doa indahku ke angkasa. Sempat terlintas harapan-harapan yang egois. Berharap semoga pesanku jadi pesan pertama yang Mar dapatkan di hari itu. Berharap semoga aku akan selalu jadi yang pertama, dan terus menjadi satu-satunya yang utama walaupun kedengarannya mustahil untuk dikabulkan. 

Ada lagi rahasia lain yang kusembunyikan selama satu tahun ini.

Mar nggak akan pernah tahu. Sejujurnya, di hari itu satu tahun yang lalu, ada hadiah kecil yang seharusnya bisa dia bawa pulang.

Nggak mahal, nggak istimewa juga. Nggak terlalu penting sih, sebenernya. Di atas hadiah itu sudah aku tulis surat ucapan kecil yang mungkin bisa jadi sedikit penyemangat pada masanya. Tapi, lagi-lagi nyatanya aku nggak seberani itu. Sejak awal kami bertemu sampai akhirnya berpamitan untuk pulang di penghujung sore, aku masih nggak berani untuk mengeluarkannya dari dalam tas dan memberikannya langsung pada Mar. 

Ah, malu. Kita kan belum sedekat itu.. pake ngasih hadiah segala. 

Tapi haruskah? Apa tidak usah?

Nggak, deh. Dikasih atau nggak, kayaknya ekspresinya juga nggak bakal berubah. Ucapan selamat ulang tahun sudah cukup.

Tapi aku udah nyiapin ini semua, sayang kalau nggak jadi.

Andaikan batin bisa bersuara, pasti kamu sudah tutup kuping pakai earphone biar nggak kedengaran. Berisik banget di dalam sini, seperti ada yang lagi tawuran. Pikiranku berdebat dengan dirinya sendiri, Mar. Berdebat sampai gila cuma demi menemukan jawaban sesimpel 'ya' atau 'tidak' selama seharian.

Pada akhirnya, surat kecil itu nggak pernah sampai di tangannya. Hadiah itu juga nggak pernah dia lihat seperti apa bungkusnya. Mar nggak pernah tahu bahwa pada sore hari yang mendung itu, seharusnya dia nggak pulang ke rumah dengan tangan kosong.

Maaf, Mar. Aku adalah perempuan yang penuh dengan keragu-raguan. 

Satu tahun yang lalu tepat di hari ulang tahunmu, aku nggak merasakan apapun selain penyesalan. Suratku nggak pernah sampai.. 

.. dan kamu nggak akan pernah tahu apa isinya.

---

"Kamu tahu apa yang lebih membingungkan dari soal matematika?"

"Soal fisika."

"Salah,"

"Soal kimia?"

"Bukan."

"Memangnya apa lagi yang lebih rumit?"

"Soal April. Soal rasa. Soal kita."

---

Malam itu sedang dingin dinginnya di bawah pegunungan Manglayang dan aku nggak bisa tidur di kamarku. 

Ada yang nggak seharusnya diucapkan tapi terlintas di dalam benak. Ada yang nggak seharusnya dirasakan tapi lolos ke dalam hati. Aku memikirkan itu beribu-ribu kali tapi nggak bisa kutemukan apa jawabannya.
Hanya resah. Hanya rindu. 

Sejujurnya malam itu, aku sama sekali nggak belajar materi ekonomi seperti yang kamu suruh sebelum kita berpamitan di pertigaan jalan.

Aku tahu aku memang payah soal hitung hitungan dan kamu sudah pasti jagonya, tapi aku merasa ada sesuatu yang lebih mendesak untuk dipelajari dengan khusyuk ketimbang harus membahas kurva permintaan dan penawaran pada malam itu:

perihal perasaanku padamu yang kian membingungkan dan menyulitkan.

Berawal dari satu nama yang entah bagaimana muncul di tengah purnama, lalu jadilah sebuah puisi pendek yang lahir di bulan April. Puisi yang sangat egois, sama sepertimu.

Semua kata yang dibubuhkan di dalamnya adalah hasil akhir dari revisi berlembar-lembar yang tadinya cuma ingin kusimpan sendirian. Aku nggak yakin apakah puisi yang ditulis dalam keadaan kusut itu adalah tentangmu, atau justru sebenarnya itu adalah serangkaian deskripsi penglihatanku yang mulai memandangmu dari sudut pandang berbeda. Sudut pandang yang paling jujur, atau aku menyebutnya dengan sudut pandang rasa.

 Teruntuk Setiap Awal Baitnya,” bisikku sebelum jatuh ke peraduan.

“Masa bodoh. Aku nggak yakin Mar mau baca.”

---

Hai. Maaf.

April tahun kemarin aku jadi sering mengoceh yang nggak jelas. Ekspresiku pasti banyak membingungkanmu, ya?

Maaf karena sudah mencoba memaksamu agar mau mendengarkanku.

Maaf karena sudah memaksamu agar turut tenggelam dalam lautan kalimat aneh yang kuciptakan.

Maaf karena sudah mencoba menarikmu masuk ke dalam labirinku yang saat itu masih terjalin abstrak oleh benang-benang kusut warna-warni.

Maaf, aku mau mengoreksi. Sebetulnya nggak ada yang namanya ocehan yang nggak jelas. Semua yang kukatan waktu itu ada maknanya, lambat laun mungkin kamu juga akan paham. Hanya saja kamu nggak pernah sadar bahwa semua itu adalah tentang kamu. Kamu nggak pernah paham bahwa semua kata-kata itu aku rancang dengan sengaja cuma biar kamu mengerti. Tapi di pikiranmu cuma ada rumus rumus eksak. 

Mar, pada siang hari itu di bulan April, aku ingin kamu tahu bahwa aku benar-benar sudah terjatuh. Dan seperti yang tertulis di bait ketujuh pada baris terakhir,

ini nggak terbantahkan lagi.


---

Ternyata sudah sampai sejauh ini memoriku teracak-acak lagi.

Sebagai konklusi, April adalah soal benih yang baru tumbuh. Soal kebingungan. Soal warna abu-abu yang tiba-tiba muncul di antara hitam dan putihnya dunia. 

April membuatku bingung karena sudah menumbuhkan sesuatu yang padahal aku sendiri nggak pernah minta untuk ditumbuhkan. 

April membuatku bingung dengan situasi dan waktu yang kelihatannya nggak memungkinkan keberadaan ruang untuk bisa menjalin apapun di sana.

April membuatku bingung soal kamu yang seolah-olah iya padahal tidak, atau seolah-olah tidak padahal iya.

April mengharuskan aku menerka-nerka reaksimu yang terlihat seperti nggak bereaksi apa-apa padahal sebenarnya kamu punya jawabannya. Iya.  Jawaban dari semua kebingungan ini, tentunya. 

Terima kasih,  April. 

Kamu menyenangkan tapi juga menyebalkan dalam satu waktu. 


---


Udah, gapapa.

Semua ini kan nggak baru terjadi kemarin sore. Satu tahun rasanya sudah lebih dari cukup untuk bisa bangkit lagi dan beradaptasi sama dunia baru. Mar sendiri yang bilang padaku, bahwa semua ini cuma masalah adaptasi.

"Perlakuan manusia yang sudah lalu nggak bisa kita ubah, tapi cara kita mengatasinya bisa."






Sampai jumpa lagi di bulan Mei. :)

Selamat ulang tahun buat Mar yang hobi mengiyakan tapi tidak pernah dilaksanakan.[]


-----------------------------------------------

In case you missed it:






Comments

  1. Hobi mengiyakan tp gapernah melaksanakan yaa:(

    ReplyDelete
  2. Bener-bener bikin terbawa suasana:(
    Sedih, tapi berhasil bikin kamu jadi lebih kuat:)

    ReplyDelete
  3. aku paham betul rasanya se susah apa, membuka memori lama terus membagikannya buat kebaikan bersama. selamat dan terimakasih yaa, mau berbagi hal hal baik walau ngga mudah. trimakasi juga sudah bertahan sejauh dan sekuat iniii! sooo proud of youu💖

    ReplyDelete
    Replies
    1. Literally crying😭😭😭 thanks a lot!!! ❤️❤️

      Delete
  4. buat mar, walau km gasuka baca, km wajibbb baca inii heyy. @mar @mar @mar
    hehehe

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Study at Mr. BOB Kampung Inggris Pare

Haaaaloooo gaessss!😀 Okay, to the point aja ya biar ga kelamaan, karena aku tau nunggu itu gaenak😢 Sekarang aku mau bagi-bagi informasi + cerita-cerita pengalaman pribadi aku sama kalian semuaa para readersku tersayang :') *lebay* tentang... *jengjengjengjeng...* PENGALAMAN BELAJAR BAHASA INGGRIS DI KAMPUNG INGGRIS PAREEE~!  Yuhuu~ *plokplokplok* *jingkrak-jingkrak*   Jadii, buat siapapun yang pengen ke Pare tapi bener-bener blank dan gapunya gambaran apapun tentang Pare kayak, "Pare tuh kayak gimana sih?" or "Aku harus bawa apa aja kesana?" or "Nanti aku tidur makan segala macemnya gimana?" Yeaaah kalian milih blog yang bener guys👍 Aku harap cerita dan ulasan dari aku ini bisa lumayan ngebantu dan ngasih gambaran ke kalian biar nggak blank banget karena aku bakal bahas dengan detaaaiiilll^^ So yupz, what are you waiting for? Check it out!   1. Lokasi Kampung Inggris Pare    Kampung Inggris a.k.a English Village Pare ini terlet...

#AkuInspirasiku : Emangnya Cuma Anak SMA Formal Aja yang Bisa Lolos PTN?? Anak Homeschooling Juga Bisa!

Halo, semuanya! :) Kenalin, aku Saybah. Gadis labil dan superbiasa yang beberapa hari lagi baru akan menginjak usia kedelapan belas. Di postingan kali ini, aku ingin bercerita tentang sebuah kisah perjalanan unik yang mungkin nggak semua orang punya. Sepotong kisah perjalanan hidup seorang aku , yang awalnya sama sekali nggak punya niatan buat kuliah di Indonesia (serius!), apalagi ngambis ngejar-ngejar PTN kayak temen-temenku yang lain. Namun, rupanya takdir punya bahasanya sendiri. Karena di sinilah aku sekarang, duduk di atas tempat tidurku yang nyaman, mengetik semua ini sedari awal sebagai salah satu dari ribuan pendaftar yang dinyatakan lolos jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019 dan telah berstatuskan sebagai mahasiswa baru di Fakultas Pendidikan Seni dan Desain Universitas Pendidikan Indonesia. Alhamdulillah :) Sebelumnya, aku mau kita sama-sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena semua takdir dan keberhasilan ini nggak akan ...

CERITA CIHERASKU | First Time Ngasih Dot Susu Ke Anak Kambing!!

Halo~ Halo~ Udah seabad nih ya gak ngepost tulisan apa-apa. Blog ini udah bagaikan taman di kotaku aja, makin sini makin gersang, sepi, dan gak keurus. Ups keceplosan🙊 Ya udah sih ya, mau berapa kali pun aku minta maaf gegara kelamaan gak posting sampe sujud sujud di tanah juga gak bakalan ngefek gimana gimana kan ya . Ceilaaahh.. Udah kerasa belum sih aura-aura orang sibuknya?😎😎 Yup, tanpa banyak muqodimah #aseekk, langsung aja ke inti ceritanya. Kali ini bukan cerita motivasi, bukan tugas sekolah juga, tapi aku harap sih kalian bisa ngambil hikmahnya dari setiap tulisan yang aku ketik ini. Yakali udah baca sampe abis gak dapet apa-apa:( Rugi dong sayaaangg! Seenggaknya ada sesuatu yang bisa kalian petik dari serpihan diari ini gitu, ya seenggaknya kalian jadi tau kalo ternyata kambing juga ngedot atau apa kek. Yaudah ya, kepanjangan ini intronya. Langsung aja cuuusss, check this out! Jadi, dari tanggal 24 September - 5 Oktober 2018 kemarin itu emang jadwalnya program maga...

10 TIPS PDKT ALA ALA :)

Halo, semuanya!👋👋 Gak kerasa ya, satu semester sudah berlalu sejak terakhir kali aku posting tentang cerita SBMPTN 2019 ituu wkwkw ( kamu wajib baca di sini! ).Rasanya baru kemarin, serius deh. Kalo diinget-inget lagi, ternyata udah lebih dari satu tahun terlewati sejak pertama kali aku memasuki fase bimbel dan 'mulai serius belajar'-ku demi bisa jadi mahasiswa kayak sekarang /ngggg terharuuu/. Sumpah gak kerasa banget, rasanya kayak emang baru kemarin semua perjuangan ini dan itu aku lakukan, ujian sekolah, UN, try out ty out try out, UTBK gelombang satu gelombang dua, dan sekarang udah mau naik semester 2 aja kuliahnyaaa. Huhuhu secepat inikah waktu bergulir :') Dan akhirnya, setelah melewati masa-masa sulit dan adaptasi yang nggak gampang di dunia perkuliahan, setelah menyelesaikan banyak banget tugas kuliah dan ospek jurusan yang nggak ada matinya, aku bisa kembali menyapa kalian dan nulis lagi, guys! So, welcome back to my diary !😭💜💜 Aww seneng bgttt. B...

Ini Dia, 10 Tips Ngeblog Asyik Ala si Ibu Jerapah

Tepat seminggu yang lalu, Hayat School kedatangan seorang tamu istimewa, lho! Beliau adalah seorang blogger nasional yang sudah menjuarai berbagai kontes menulis dan juga menerbitkan beberapa buku karya sendiri. Beliau memang sudah tertarik dengan dunia tulis menulis dan mengasah potensi menulisnya sejak dini. Ya intinya, menulis telah menjadi hobi favorit sekaligus juga bagian dari hidupnya, wkwkwkwk. Lalu, siapakah dia? Tadaaa~! Kak Dessy namanya, lengkapnya Dessy Natalia. Sebuah nama yang cantik dan terkesan anggun, bukan? Yup! Kak Dessy yang lebih dikenal dengan blog usernamenya, Ibu Jerapah, memang tidak kalah cantik dengan namanya sendiri. Dalam sekali lihat, kalian mungkin akan berasumsi bahwa beliau adalah anak kuliahan. Dengan style -nya yang santai dan pembawaannya yang cheerful, kalian akan mengiranya begitu.   Kak Dessy (Belakang, 3 dari kanan) bersama para siswa upgrade Hayat School Eiits! Tapi jangan salah, ternyata Kak Dessy bukanlah seorang anak k...

Memahamimu, Baru Memahamiku

Apakah kamu pernah, berada di atas puncak kelelahan? Ketika kamu dihadapkan kepada sebuah masalah lalu semua orang menghilang entah ke mana, tak ada satu orang pun yang mempedulikan dan bisa memahamimu. Tidak ada yang memahami kesulitan serta perasaanmu. Tidak ada yang mengerti kamu. Lalu apa? Apakah kamu ingin mendaki sampai ke puncak Everest dan menjerit-jerit ke langit hingga tenggorokanmu sakit bahwa hidup ini tidak adil? Bukan seperti itu, kawan. Hanya saja, mari kembali bercermin. Menatap pantulan dirimu yang ada di sana, dan lihat, apakah ada satu riasan yang kurang sehingga membuatnya tak sempurna? Apakah ada sesuatu yang belum kamu lakukan terhadap orang lain sehingga kamu belum mendapatkan balasannya? Aku tahu bahwa kamu juga ingin pernak pernik kekinian seperti yang semua teman-temanmu miliki. Aku tahu bahwa kamu hanya ingin memenuhi isi lemarimu dengan baju-baju bagus dan bermerk seperti yang semua teman-temanmu lakukan. Memiliki semua yang keren, dan hidup sebagai anak...

Yuk, Simak 5 Kebiasaan Orang Korea yang Wajib Kita Tiru!

Annyeonghaseyo, readers !  Di postingan kali ini, aku akan membahas lima budaya dan kebiasaan para oppa - eonni yang sering nongol di drama layar kaca itu loh~ Wuih, bakalan asyik nih, hehehe :D Karena aku juga termasuk seorang fangirl  yang lagi terjangkit virus Hallyu , mohon dimaklumi ya, kalau tiba-tiba artikelnya jadi agak ngidol atau gimana :v Ok, what are you waiting for? let ’ s check it out! Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa setiap negara pastilah mempunyai culture  atau budaya masing-masing yang berbeda-beda. Menurut pendapatku, budaya / kebiasaan itu sendiri terbagi menjadi 2 macam. Pertama adalah kebiasaan yang diwariskan turun temurun dari moyang-moyang terdahulu dan biasanya itu bersifat kebudayaan murni. Kemudian yang kedua yaitu budaya yang tercipta dikarenakan faktor zaman & teknologi yang semakin sini semakin berkembang. Sebagai contoh, kehadiran smart phone di muka bumi ini memberikan dampak budaya & perubahan yang sangat besa...

Contoh Resensi Buku: Hazu Academy (2009)

Hello! Hari ini aku mau bagi-bagi info, yaa siapa tahu aja kan ada yang lagi dapet tugas Bahasa Indonesia disuruh bikin resensi buku? Siapa tahu bisa bantu gitu kaann dikit-dikit :') Sebenernya ini juga tugas dari Literature Club di sekolah sih wkwk. Buku yang aku bahas juga buku jadul, jamannya masih suka borong KKPK waktu kelas 3 SD gitu :v Okay, just check it out! Source: www.google.com Resensi Buku - Judul Buku: Hazu Academy - Pengarang: Sarah Aulia Muntaza - Penerbit: DAR! Mizan - Tahun Terbit: 2009 - Jumlah halaman: 163 halaman (Identifikasi Buku) - Genre: Fantasi - Tokoh: Nabuo Azake, Tatsuo Azake, Tsuyama Haragaka, Haruna Ikada, Erica Yuzuno, Zachary - Latar Tempat: Bumi, Hazu Academy - Latar Waktu: Masa kini - Latar suasana: menyenangkan, mengharukan, mendebarkan, mencekam - Alur: Maju - Sudut pandang: Orang ketiga (maha tahu) (Sinopsis) Nabuo dan Tatsuo Azake adalah saudara kembar yang secara diam-diam didaftarkan oleh ayah...

Jalan-Jalan Ke Museum Geologi Ala Hayatschooller

Museum Geologi? Hueeekk!😩 9,9 dari 10 rakyat Bandung akan dapat dipastikan mengalami gejala mual dan mood-down saking bosannya. Bagaimana tidak? Museum Geologi adalah museum paling populer, terdekat, dan terjangkau yang ada di Kota Bandung sejak aku masih dibedong hingga sekarang. Fosil dan dinosaurus adalah hal yang cukup menarik bagi anak-anak maupun orang dewasa sehingga tidak mungkin untuk dilewatkan. Lokasinya yang strategis, dekat dengan Gedung Sate (bangunan simbolis Jawa Barat) dan Masjid  PUSDAI Jawa Barat, menambah banyaknya pengunjung yang datang. Tepatnya museum ini terletak di Jl. Diponegoro no 57. Bahkan, hampir setiap hari ada bermacam-macam bus pariwisata dari berbagai daerah di Pulau Jawa terparkir di sepanjang museum. Benar, Museum Geologi Bandung sudah dianggap memuat informasi yang lengkap dalam menunjang kepentingan kegiatan belajar mengajar pada bidang IPS, khususnya sejarah dan geografi untuk pelajar setingkat SD-SMA. Namun tak dapat dipungkiri bagi mahas...

[1st WIN lagi!] Korean Drama Live Dubbing Competition (말하기) dan Apa Itu Homey Show 2019

Haloooooooooooooo, uhuk, uhuk, uhuk. Ehehehe. Ini tadi batuk asli pas lagi ngetik jadi auto type gitu, serius dah. Flu mulu nih dari Desember, belom sembuh-sembuh juga Ya Allah udah setaun dih. Hiks:( Wey, wey.. btw pakabs nih, udah lama banget ya kitaaaa... lost contact. Seabad ada kali ya. Di postingan kali ini aku bukannya mau pamer sertifikat /eh/ atau sombong sombongan etc karena kebetulan seminggu yang lalu aku emang baru banget menang semacam lomba gitu EHEHEHE. So, kali ini aku pengen sharing aja ke kalian semua tentang jenis perlombaan yang bisa dibilang cukup 'unik' ini dan tentunya aku juga bakal ceritain manis pahitnya perjuangan di balik gelar sang 'JUARA 1' wkwkwk. Ya wajarin aja kali ya kalo ternyata kalian di sini accidentally ngerasain happy vibes yang nyelip di setiap hurufnya ato apa HAHA karena ya saya juga kan manusia :( Saya pun berhak untuk merasa bahagia :) #tertusuq. Eh ada kembaran Q: Eh, eh, eh. Kalian nggak bingung kan pa...