Apakah kamu pernah, berada di atas puncak kelelahan? Ketika kamu dihadapkan kepada sebuah masalah lalu semua orang menghilang entah ke mana, tak ada satu orang pun yang mempedulikan dan bisa memahamimu. Tidak ada yang memahami kesulitan serta perasaanmu. Tidak ada yang mengerti kamu.
Lalu apa? Apakah kamu ingin mendaki sampai ke puncak Everest dan menjerit-jerit ke langit hingga tenggorokanmu sakit bahwa hidup ini tidak adil? Bukan seperti itu, kawan. Hanya saja, mari kembali bercermin. Menatap pantulan dirimu yang ada di sana, dan lihat, apakah ada satu riasan yang kurang sehingga membuatnya tak sempurna? Apakah ada sesuatu yang belum kamu lakukan terhadap orang lain sehingga kamu belum mendapatkan balasannya?
Aku tahu bahwa kamu juga ingin pernak pernik kekinian seperti yang semua teman-temanmu miliki. Aku tahu bahwa kamu hanya ingin memenuhi isi lemarimu dengan baju-baju bagus dan bermerk seperti yang semua teman-temanmu lakukan. Memiliki semua yang keren, dan hidup sebagai anak yang keren di matamu, seperti mereka yang kamu jadikan contoh.
Kamu tentu ingin dipahami, terlebih oleh orang tuamu yang selalu memberikanmu uang saku sebagai rutinitasnya. Namun terkadang kamu merasa itu semua belum cukup dan ingin lebih dipahami oleh mereka, meminta lebih banyak dan lebih banyak lagi uang saku untuk memenuhi berbagai kebutuhanmu yang sekunder, atau bahkan tersier.
Sayangnya kamu lupa, atau mungkin sama sekali tak peduli tentang bagaimana kondisi keuangan orang tuamu pada kala itu. Bisa saja mereka sedang lebih membutuhkannya untuk sesuatu yang lebih urgent sedangkan kamu hanya bisa memaksa mereka untuk memahamimu. Merengek untuk terus dipahami, dipahami, dan dipahami tanpa pernah memahami mereka terlebih dulu.
Bukankah di situ letak kesalahannya?
Oke, guys! Jadi itu adalah salah satu dari sekian kasus yang memang marak terjadi di sekitar kita dan ironisnya sampai sekarang pun masih banyak orang-orang yang tak paham konsep memahami dulu baru dipahami. Namun pada akhirnya, semua kesalahan bukan hanya terlimpahkan pada si anak remaja ini. Ada berbagai faktor dan latar belakang hingga membuatnya menjadi seperti itu. Berawal dari pendidikan orang tuanya yang kurang tepat, kemudian bagaimana orang-orang di sekitarnya selalu memperlakukannya, dan juga beberapa poin penting dalam menjalani hidup yang tidak pernah dibiasakan sedari kecil.
Sri Haryati SE., M. Ag (37 tahun), seorang ibu dari dua anak yang telah menyelesaikan pendidikan S2 nya di Universitas Islam Negeri Bandung sekaligus seorang kepala sekolah Hayat School Bandung pun turut beropini tentang masalah ini. Katanya,
Biasakan juga untuk selalu berusaha dengan kemampuanmu sendiri jika ingin menggapai sesuatu, tinggalkan cara yang instan-instan jika kamu ingin berubah. Mulailah dengan menabung setiap hari untuk membeli keperluanmu sendiri. Sisihkan uang jajan, atau mulai bisnis kecil-kecilanmu sendiri sejak dini. Jadilah pribadi yang mandiri dan tidak banyak bergantung pada orangtua, mengingat usia kita yang mau tidak mau akan terus bertambah dan menjadi orang dewasa kelak di kemudian hari. Setidaknya, belajarlah untuk bekerja keras sebagai persiapan menghadapi kehidupan yang lebih berat lagi di masa yang akan datang.
Sama halnya dengan masalah-masalahmu yang lain. Kamu butuh perhatian? Cobalah untuk memberikan perhatianmu lebih dulu. Kamu ingin didengarkan? Belajarlah untuk mendengarkan orang lain, maka kamu akan didengarkan juga. Ya, hidup adalah soal timbal balik, sebuah komunikasi dua arah. Pahami dulu, baru dipahami.
Semoga tulisan kali ini dapat bermanfaat dan menginspirasi dirimu, diriku, dan dirinya agar menjadi manusia yang lebih baik lagi. You'll deserve what you've done, sweetie! Good Luck!💕😄
Lalu apa? Apakah kamu ingin mendaki sampai ke puncak Everest dan menjerit-jerit ke langit hingga tenggorokanmu sakit bahwa hidup ini tidak adil? Bukan seperti itu, kawan. Hanya saja, mari kembali bercermin. Menatap pantulan dirimu yang ada di sana, dan lihat, apakah ada satu riasan yang kurang sehingga membuatnya tak sempurna? Apakah ada sesuatu yang belum kamu lakukan terhadap orang lain sehingga kamu belum mendapatkan balasannya?
Aku tahu bahwa kamu juga ingin pernak pernik kekinian seperti yang semua teman-temanmu miliki. Aku tahu bahwa kamu hanya ingin memenuhi isi lemarimu dengan baju-baju bagus dan bermerk seperti yang semua teman-temanmu lakukan. Memiliki semua yang keren, dan hidup sebagai anak yang keren di matamu, seperti mereka yang kamu jadikan contoh.
Kamu tentu ingin dipahami, terlebih oleh orang tuamu yang selalu memberikanmu uang saku sebagai rutinitasnya. Namun terkadang kamu merasa itu semua belum cukup dan ingin lebih dipahami oleh mereka, meminta lebih banyak dan lebih banyak lagi uang saku untuk memenuhi berbagai kebutuhanmu yang sekunder, atau bahkan tersier.
Sayangnya kamu lupa, atau mungkin sama sekali tak peduli tentang bagaimana kondisi keuangan orang tuamu pada kala itu. Bisa saja mereka sedang lebih membutuhkannya untuk sesuatu yang lebih urgent sedangkan kamu hanya bisa memaksa mereka untuk memahamimu. Merengek untuk terus dipahami, dipahami, dan dipahami tanpa pernah memahami mereka terlebih dulu.
Bukankah di situ letak kesalahannya?
![]() |
source: pinterest.com |
Sri Haryati SE., M. Ag (37 tahun), seorang ibu dari dua anak yang telah menyelesaikan pendidikan S2 nya di Universitas Islam Negeri Bandung sekaligus seorang kepala sekolah Hayat School Bandung pun turut beropini tentang masalah ini. Katanya,
"Anak remaja itu butuh pengakuan dari teman. Gaya hidup anak remaja sekarang memiliki kecenderungan untuk selalu ingin dilihat dan diakui, sedangkan hal yang paling mudah dilihat itu tentu saja lewat penampilan, lifestyle, fashion, bukanlah prestasi atau sesuatu yang dihasilkan melalui proses dan kerja keras. Sejak kecil tidak dibiasakan untuk bekerja keras dan berusaha, selalu dimudahkan oleh orangtuanya."
Memang benar jika usia remaja adalah saatnya untuk ingin menjadi yang paling diakui oleh sesamanya. Bergaul dan mendapatkan teman sebanyak-banyaknya. Namun ingatlah untuk selalu memahami orang lain sebelum dipahami oleh orang lain. Berani memberi artinya berani menerima.Biasakan juga untuk selalu berusaha dengan kemampuanmu sendiri jika ingin menggapai sesuatu, tinggalkan cara yang instan-instan jika kamu ingin berubah. Mulailah dengan menabung setiap hari untuk membeli keperluanmu sendiri. Sisihkan uang jajan, atau mulai bisnis kecil-kecilanmu sendiri sejak dini. Jadilah pribadi yang mandiri dan tidak banyak bergantung pada orangtua, mengingat usia kita yang mau tidak mau akan terus bertambah dan menjadi orang dewasa kelak di kemudian hari. Setidaknya, belajarlah untuk bekerja keras sebagai persiapan menghadapi kehidupan yang lebih berat lagi di masa yang akan datang.
Sama halnya dengan masalah-masalahmu yang lain. Kamu butuh perhatian? Cobalah untuk memberikan perhatianmu lebih dulu. Kamu ingin didengarkan? Belajarlah untuk mendengarkan orang lain, maka kamu akan didengarkan juga. Ya, hidup adalah soal timbal balik, sebuah komunikasi dua arah. Pahami dulu, baru dipahami.
Semoga tulisan kali ini dapat bermanfaat dan menginspirasi dirimu, diriku, dan dirinya agar menjadi manusia yang lebih baik lagi. You'll deserve what you've done, sweetie! Good Luck!💕😄
Bolavita Menyediakan permainan yang sangat lengkap ! Memiliki Licensi Resmi Yang Berlokasi di Filipina, Aman dan Terjamin Keamanannya !
ReplyDeleteTersedia juga banyak bonus meriah lainnya yang dapat anda Klaim setiap Hari !
Jangan sungkan hubungi Kontak Cs kami yang online 24 Jam dibawah ini :
» Nomor WhatsApp : +62812-2222-995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita
#agenbolavita #bandarbolavita #situsbolavita #casino #sabungayam #roulette #judidadu #judionline #bandaronline
• S128
• SV388
• CASINO
• TEMBAK IKAN
• SLOT
Suka bermain Poker mau deposit via PULSA,atau Via E-MONEY???
ReplyDeleteMari bergabung bersama kami di Donaco Poker
Hub kami.
WHATSAPP : +6281333555662
CS 24 JAM